Thursday, January 5, 2012

Filosofi Mendalam Tembang Lir-Ilir Sunan Kalijaga


Lir-Ilir
by Sunan Kalijaga

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar


Cah angon, cah angon
Penekno belimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekna
Kanggo mbasuh dodod iro


Dodod iro, dodod iro
Kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore


Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane


Yo surak ’a, surak “hiyoo”

Makna :


Lir ilir... lir ilir... tandure wus sumilir :

Sayup-sayup bangun (dari tidur), tanaman-tanaman sudah mulai bersemi,

Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.


tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar :

demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru

Hijau adalah simbol warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya. Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa pengantin baru maksudnya adalah raja2 jawa yang baru masuk Islam.


Cah angon... cah angon... penekno blimbing kuwi :

Anak-anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,

Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.


Lunyu lunyu yo peneken kanggo mbasuh dodotira :

walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian.

Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara / saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet.

Dengan kalimat ini Sunan memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa


Dodotira... dodotira... kumitir bedah ing pinggir :

Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan

Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomono jrumtono kanggo sebo mengko sore :

Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore

'Seba' artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut ‘paseban’ yaitu tempat menghadap raja.
Disini Sunan memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane :

Selagi sedang terang rembulannya, selagi sedang banyak waktu luang

Selagi masih banyak waktu, selagi masih banyak kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu dan bertaubatlah.


Yo surako surak hiyo :

Mari bersorak-sorak ayo...

Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Tuhan. Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.


copas dari  SUMBER

0 comments:

Post a Comment