Friday, September 6, 2013

Futur dan Penyebabnya



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Ba'da Tahmid wa sholawat.. 'Amma ba'du

Brother, hari ini ane pengen nge-share nih tentang sebuah istilah yang sering atau mungkin pernah kita dengar bagi seorang aktivis, yaitu istilah 'futur'. Mumpung masih anget2, soalnya baru kemarin ane dikasih materi tentang ini.. hhe..

Apa sih 'futur' itu?
kalo ane, pertama kali denger itu istilah ane kira dari bahasa inggris 'future' yg artinya 'masa depan / masa yg akan dateng). Tapi setelah beberapa lama, akhirnya ane tahu klo arti 'futur' itu bukan yang kaya' gitu.
'Futur' artinya adalah gejala malas / lemah setelah sebelumnya aktif. (kata MR)
Ya kalo dari dulu udah males ya namanya bukan 'futur', tapi emang udah kebiasaan.
Termasuk 'futur' juga adalah waktu ketika setelah bulan ramadhan, saat amal kita di bulan syawal kualitas & kuantitasnya berkurang dibanding saat bulan ramadhan


Apakah gejala 'futur' itu gejala yang aneh dan dianggap sebuah ketidak wajaran?
- kalau kata MR ane, futur itu bisa dianggap sebagai sebuah kewajaran. Karena salah satu karakteristik  iman itu kan yazid wa yanqus (iman itu bisa naik dan turun).

Dan godaan untuk kita 'futur' itu banyak, ada dimana-mana. Ya memang karena fitrah kita sebagai manusia juga menginginkan yang enak2 dan nyantai2. Ya kan??



Nah, bagaimana cara agar kita terhindar dari yang namanya 'futur'?
- caranya adalah kita harus selalu bersama-sama (berjama'ah), karena ada pepatah 'serigala itu menerkam domba yang sendiri'. Dan agar kita bisa selalu bersama jama'ah itu tidak mudah, butuh  KESABARAN disana.

'serigala itu menerkam domba yang sendiri' pepatah
Ada 4 macam jenis kesabaran, termasuk sabar ketika tertimpa musibah, sabar dalam mengerjakan amal kebajikan, dan sabar dalam meninggalkan kemaksiatan.
Mungkin, sabar ketika terkena musibah itu lebih mudah dipraktikkan dibanding sabar utk konsisten mengerjakan amal dan konsisten meninggalkan maksiat. Ya nggak..?

Sebab-sebab 'futur' itu apa saja sih?
Dari pertemuan kemarin ane mencatat ada 9 sebab mengapa terjadi 'futur', yaitu :

1. Berlebihan/keras dalam beragama
 
Maksudnya keras disini adalah terlalu memaksakan/menuntut dirinya. Misal, ada kader dia terlalu idealis, berharap jama'ah dan lingkungannya itu sesuai dengan apa yang ada di dalam fikirannya. Tetapi, ketika ternyata di kenyataannya jama'ah tidak sesuai ekspektasi dia atau kawan-kawan yg lain tidak se-perfect yg diharapkannya dan dia tidak siap dengan keadaan itu, akhirnya kecewa dan 'futur'lah dia.
 
Termasuk berlebihan disini adalah berlebihan dalam beribadah. Kalau diukur prioritasnya “lebih baik beramal sedikit tapi rutin dibanding langsung banyak tetapi sekali-sekali”. Tidak ada istilahnya seperti 'unta minum air', karena Allah lebih suka hamba yang amalnya istiqomah daripada yang jarang-jarang.
Lebih bagus lagi banyak dan rutin daripada udah sedikit, jarang-jarang lagi... hhe :)
     

2. Berlebihan dalam hal mubah.

Misal makan, tidur, begadang, nge-game, nonton, online dll. Ketika berlebihan dalam sesuatu yang mubah misalnya makan, pasti akan kekenyangan lalu timbul malas, ngantuk dst. Sehingga susah utk beramal lagi.


3. Memisahkan diri dari Jama'ah
 
Jika seseorang sudah berniat memisahkan diri dari Jama'ah dan dari Jama'ahnya pun karena hal tsb tidak memperhatikan kader tsb (menginfokan program2 terupdate ttg Jama'ah, acara-acara Jama'ah, dst) dan sudah berlangsung dalam waktu yang lama maka akan membutuhkan energi yang besar lagi bagi seseorang tsb utk kembali lagi ke dalam Jama'ah.

Bisa dianalogikan Jama'ah ini terus bergerak, dan individu-individu di dalamnya pun terus bergerak/berputar. Apabila salah satu individu itu ada yg berhenti sedangkan yang lain terus bergerak, maka dia bisa tertinggal atau bahkan mungkin terlempar dari putaran tsb.


 4. Sedikit sekali memikirkan akhirat











 5. Melalaikan amalan siang dan malam
 
Amalan siang misalnya shoum, sholat jama'ah, sholat dhuha, rawatib, tilawah quran, dll.
Amalan malam misalnya qiyamullail, dll. Karena amalan-amalan inilah yang selalu men-charge iman kita secara rutin. Dan amalan-amalan tsb bisa menjadi indikator bagaimana keadaan iman kita saat itu.





 6. Karena masuknya barang haram ke dalam perut kita.

Bisa jadi karena keadaannya yang haram (misal nafkah hasil korupsi,dll) atau karena zatnya yang memang haram (daging babi, dll). Masih ingat hadits dalam hadits arba'in nabi tentang seorang yang keadaannya kusut kumal, penuh debu berdoa penuh harap kepada Allah. Tetapi pakaiannya haram, makanannya haram, dan dibesarkan dari hasil-hasil yg haram, maka apakah akan Allah kabulkan doanya?


7. Tidak mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang berat

Maunya yg enak2 saja, tidak mau sungguh-sungguh. Ketika dihadapkan dengan tantangan yg berat dia tidak siap, sehingga tidak sabar dan akhirnya putus asa atas takdir Allah SWT.



8. Bersahabat dengan orang-orang yang lemah
    “jika ingin menilai seseorang, lihatlah sahabat-sahabatnya”
    “manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan kedua orang tuanya lah yang me-nashrani-kannya atau me-yahudi-kannya” (hadits)
 

Tidak kita pungkiri lagi bahwa lingkungan seseorang itu sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan kebiasaan seseorang. Bisa jadi, kepribadian dan kebiasaan kita sekarang adalah hasil bentukan lingkungan kita terdahulu. Mungkin dari ortunya, keluarganya, sekolahnya, bacaanya, sahabat-sahabatnya, permainannya, tontonannya, dll.

 9. Terjatuh dalam KEMAKSIATAN

Sudah pasti ketika kita melakukan kemaksiatan iman kita sedang berada di titik rendahnya. Dan mungkin setelah itu terkadang sangat susah untuk kembali lagi ke kondisi awal kita. Sangat berat bagi kita ketika sudah 'futur' karena sebab ini untuk kembali ke kondisi fit kita lagi. Mungkin kita akan merasa sangat menyesal mengapa ini bisa terjadi pada diri kita dan terus terpuruk dalam penyesalan tsb. Maka dari jauhilah sejauh-jauhnya yang namanya MAKSIAT. Jika sudah terkena, cepat segera temukan OBATnya..

Untuk Obatnya, tunggu postingan selanjutnya ya..
udah ngantuk soalnya nih.. hhe
sabar ya.. :)

0 comments:

Post a Comment